RETROVIRIDAE

Minggu, 02 Oktober 2011


A.    SIFAT UMUM
Virus RNA di masukkan dalam keluarga retroviridae bila mempunyai enzim reverse transcriptase yang mampu menurunkan (+) RNA virion ke dalam DNA (provirus). Retrovirus mempunyai berbagai sifat khas yang lain yaitu DNA provirus dapat mangadakan integrasi dengan DNA tuan rumah tanpa mambunuh sel tuan rumah. Beberapa retrovirus membawa gen yang mampu secara langsung mengubah sifat sel tuan rumah menjadi neoplastik .
Berdasarkan tuan rumah yang diperlukan untuk mengadakan replikasi virus, maka retrovirus dibagi menjadi 3 kelompok yaitu ectopic virus yang berkembang biak dalam sel tuan rumah alami, xenotropic virus yang berkembang biak pada spesies yang bukan tuan rumah alami tanpa menimbulkan perubahan (non transforming) dan amphotropikc virus yang memiliki sifat-sifat xenotropic dan ectropic serta bersifat onkogenik.
Sifat-sifat asam nukleat retrovirus adalah diploid dengan positif single –stranded 70S RNA. Selubung virion terdiri dari 3 macam struktur protein yaitu protein struktur internal (p), glukoprotein selubung dan reverse transcriptase. Secara morfologi virion terbagi atas partikel A yang memiliki diding 2 lapis dengan pusat yang electronlucent (berwarna terang pada pengamatan dengan mikroskop electron),  partikel B yang memiliki pusat (core) yang eksentrik, partikel C dengan pusat yang terletak central dan partikel d yang morfologinya antara bentuk partikel B dan C. Pusat retrovirus adalah ikosahedron sedangkan ukuran virus adalah 100 nm. Lokasi replikasi virus terjadi di inti, sedangkan pengumpulan virus dapat di jumpai pada sitoplasma dan selaput sitoplasma. (Soedarto.1998)

B.     RETROVIRIDAE YANG PENTING
Humamn immunodeficiency virus (HIV)
Tipe I dari virus ini (HIV-I) adalah penyebab AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Virus ini termasuk golongan T lymphocytropic retrovirus, yang penularannya terjadi melalui hubungan kelamin, secara parental atau secara perinatal. AIDS terutama dijumpai di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika Tengah dan sekarang telah dilaporkan dari 74 negara di seluruh dunia. AIDS yang merupakan imunodefisiensi sekunder ini mempunyai ciri –ciri khas yaitu adanya disfungsi seluler yang berat, adanya infeksi oportunistik yang berat misalnya pneumocystis carinii pneumonia dan terdapatnya gangguan neurologic atau keganasan, misalnya Sarkoma Kaposi. Selain pneumocystis carinii pneumonia dan sarcoma Kaposi, penyakit-penyakit oportunistik yang sering menyertai AIDS adalah kandida oesophaginitis, kriptokokosis, herpes mukokutan kronik, kriptosporidiosis, toksoplasmosis dan infeksi cytomegalovirus. Pada manusia, HIV-I dapat terjadi tanpa gejala, dapat menimbulkan gejala-gejala ringan (AIDS-related complex), terjadi progresif generalized lymphadenopathy (PGL) atau terjadi AIDS yang fatal bagi penderita. (Soedarto.1998)
C.     DIAGNOSIS LABORATORIUM
Untuk menentukan diagnosis AIDS, selain gejala-gejala klinik juga harus ditunjang dengan pemeriksaan ELISA untuk menunjukkan adanya antibody HIV. Gejala-gejala klinik yang digunakan untuk patokan terdapatnya AIDS adalah :
a.       Turunnya berat badan lebih dari 10 %
b.      Diare yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c.       Demam yang berlangsung lebih dari 1 bulan
d.      Asteni yang lebih dari bulan
e.       Batuk yang belangsung lebih dari 1 bulan
f.       Adanya kandidiasis mulut
g.      Adanya erupsi popular yang disertai dengan gatal-gatal
h.      Mengalami herpes zoster dalam waktu kurang dari 5 tahun terakhir
i.        Terdapat poliadenopati
j.        Terdapat ulkus genital pada masa 6 bulan terakhir
k.      Ulkus genital berlangsung lebih dari 6 bulan
Diagnostik test
•       ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay) tes ini mendeteksi antibodi yang di buat tubuh terhadap virus HIV
•       Western Blot  sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap HIV
•       IFA (indirect fluorescent antibody)
•       PCR Test adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan virus di dalam darah

D.    PENCEGAHAN
Pada prinsipnya pencegahan AIDS adalah dengan cara menghindari penularan melalui darah, hubungan kelamin dan penularan perinatal. Oleh karena itu harus dilakukan antara lain penyaringan (screening) terhadap darah donor, menggunakan heattreated product untuk penderita hemofili, memberantas narkotika dan penggunaanya terutama melewati suntikan, penggunaan kondom dan menghindari kontak dengan tinja yang berdarah, alat-alat untuk sirkumsisi, alat-alat kedokteran gigi dan alat-alat suntik, bedah,tatto harus steril dan dokter, dokter gigi serta perawat dan petugas kesehatan lainnya harus selalu bersarung tangan bila kontak dengan penderita AIDS yang mengalami perdarahan. Virus HIV termasuk virus tidak mempunyai daya tahan tinggi, seingga ia mudah mati jika berada di luar tubuh manusia, cepat mati dengan pemanasan, dan mudah diberantas menggunakan desinfeksi biasa.
E.     PENGOBATAN DAN PERAWATAN
Pada prinsipnya penyakit oportunistik harus diobati lebih dahulu baru kemudian dapat dicoba mengobati virus HIV-I. Obat anti virus HIV-I yang ada pada waktu ini sudah digunakan adalah azidotimidin (AZT, zidovudin) yang diberikan melalui mulut. 

ADENOVIRIDAE


Adenovirus ditemukan secara kebetulan oleh Rowe dan kawan-kawan pada tahun 1953 dalam usahanya mencari dan mengasingkan virus penyebab selesma (common cold). Virus tumbuh baik pada biakan jaringan adenoid dengan membentuk efek sitopatik (ESP).
            Ada dua genus, yaitu Mastadenovirus dan Aviadenovirus . Dari 80 spesies adalah adenovirus manusia.
Adenovirus pada manusia dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan yang mirip dengan influenza. Meskipun demikian adenovirus manusia yang di inokulasi pada bayi hamster, tikus atau mencit ternyata dapat menimbulkan kanker. juga sel-sel rodent secara in vitro dapat dipengaruhi olah virus ini sehingga bersifat ganas.
A.    MORFOLOGI ADENOVIRUS
Adenovirus merupakan virus telanjang yang tidak mempunyai selubung dengan ukuran garis tengah antara 70 dan 80 nm dan mengandung double stranded DNA. Virion mempunyai pusat inti (central core) yang padat yang disebut nukleoid, yang dikelilingi oleh kapsid luar yang ikosahedral terdiri dari 252 kapsomer. Dari sejumlah 252 kapsomer tersebut , 240 disebut hekson oleh karena masing-masing dikelilingi oleh 6 kapsomer tetangga. Hekson merupakan subunit utama yang menyusun morfologi kapsid. Di puncak ikosahedron terdapat 12 kapsomer lainnya yang disebut penton oleh karena masing-masing dikelilingi oleh 5 buah kapsomer tetangga. dari dasar setiap penton akan keluar sebuah serat yang ujungnya mempunyai terminal knob. (Soedarto.1998)
Adenovirus yang letak replikasinya di dalam inti sel ini, paling sedikit mempunyai 31 serotipe. Pada manusia adenovirus di bagi-bagi menjadi sub grup berdasarkan :
1.      kemampuannya mengadakan aglutinasi eritrosit kera rhesus atau tikus
2.      kemampuannya menimbulkan kanker pada hamster (sifat onkogenik)
3.      berat molekul dan adanya guanine-sitosin pada DNA
Semua adenovirus memiliki antigen yang grup spesifik yang berkaitan dengan hekson dan sub grup spesifik yang ditentukan oleh penton. Antigen yang tipe spesifik ditentukan oleh fiber (serat) dan hekson. Antibody terhadap fiber manghambat hemaglutinasi sedangkan yang terhadap hekson akan menetralisir kemampuan infeksi virus. 
B.     GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik yang paling dikenal dari infeksi adenovirus ialah sindrom penyakit pernapasan akut (acute respiratory disease=ARD) yang terutama disebabkan oleh tipe 4  dan 7, juga oleh tipe 3,4,21.
            Penyakit akut akibat infeksi adenovirus ditandai oleh adanya demam, faringitis , batuk dan kadang-kadang konjungtivitis, rhinitis, otitis, laryngitis, trakheobronkritis atau pneumonitis. Disamping penyakit pernapasan akut, sindrom lain akibat infeksi adenovirus ialah demam faringokonjungtival, faringitis eksudativa nonstreptokokal, pneumonia atipik primer yang tak berhubungan dengan pembentukan aglutinin dingin. konjungtivitis folikular akut terutama disebabkan tipa 3 dan 7 disamping tipe-tipe yang lain, sedangkan keratokonjungtivitis epidemic yang berat disebabkan oleh adenovirus tipe 8 dan 9.

Penyakit yang disebabkan adenovirus
Biasa
Jarang
Penyakit pernapasan akut (tipe 3,4,7,14,21)
Keratokonjungtivitis epidemic (tipe 8,9)
Faringitis Febril akut (tipe 1,2,3,5,7)
Meningoensefalitis (tipe 7)
Konjungtifitis folikular akut (terutama tipe 3 dan 7, disamping tipe 1,2,4,6,9,10,11,15,16,17,20,22,26,27,
Sistitis hemoragik akut (tipe 2,11,21)
Demam faringokonjungtival (tipe 3,7,14)
Intususepsi (tipe 1,2,3,dan5)
Pneumonia (pada anak) (tipe 1,2,3,5,7,18)

Adenitis mesenteric (tipe 3,7)

(Staf Pengajar FKUI.1994)
C.     GAMBARAN EPIDEMIOLOGI
Meskipun karakteristik epidemiology berbeda pada setiap jenisnya, semua yang ditularkan melalui kontak langsung, jalur fecal-oral, dan kadang-kadang jalur waterborne. Beberapa jenis virus ini mampu hidup menetap tanpa menimbulkan gejala infeksi di tonsil (area perbatasan mulut dan tenggorokan), adenoide (tenggorokan atas-belakang), dan intestine (usus kecil) manusia. Virus ini menetap selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Beberapa adenoviruses (misalnya, serotypes 1, 2, 5, dan 6) telah menjadi endemik di berbagai belahan dunia, infeksinya terjadi pada anak-anak. Jenis lainnya menyebabkan infeksi sporadis dan kadang-kadang wabah, misalnya epidemi keratoconjunctivitis yang dikaitkan dengan adenovirus serotypes 8, 19, dan 37. Epidemi penyakit demam dengan conjunctivitis-nya terkait dengan penularan lewat jalur waterborne (kolam renang/danau kecil).
D.    PATOGENESIS
Adenovirus berkembang biak mula-mula dalam faring, konjungtiva atau intestine, dan jarang menyebar melampaui kelenjar limfe servikal, preaurikular atau mesentrik. proses penyakit bersifat setempat dengan masa inkubasi 5-7 hari. Jaringan tonsil dan adenoid yang diangkat dari anak normal sering mengandung adenovirus tipe 1,2 atau 5. Efek sitopatik dari virus tersebut dalam sel epitel terjadi sangat lambat (2-4 minggu atau lebih). (Staf Pengajar FKUI.1994)
E.     DIAGNOSIS LABORATORIUM
Adenovirus dapat diasingkan dari bahan usapan tenggorok, feses, atau usapan/kerokan konjungtiva dan membiakkan dalam biakan jaringan berasal (ginjal atau sel Hela, KB atau HEP-2)
            Efek sitopatik terjadi sangat lambat (2-4 minggu) dengan terlihatnya proses pembulatan (rounding), penggembungan (sweeling) dan pengelompokan sel-sel menjadi grape-like clusters. Badan inklusi intranukleus, basofilik. Identifikasi virus secara serologic dilakukan dengan reaksi pengikatan komplemen, reaksi hambatan hemaglutinasi (memakai eritrosit tikus besar, kera atau orang) dan reaksi netralisasi (invitro dan invivo). (Staf Pengajar FKUI.1994)
F.      PENCEGAHAN
Penyakit ini dapat menular melalui jalur fecal-oral (dari kotoran ke mulut), sehingga menjaga kebersihan tangan sebelum makan sangat dianjurkan. Juga dalam hal ini, hindari hubungan teknik seks tertentu yang beresiko menjadi jalur fecal-oral ini misal: anilingus, coprophilia, and ass to mouth. Menjaga tingkat chlor yang memadai sangat diperlukan untuk mencegah kolam renang menjadi sumber penyakit ini.