A. SIFAT UMUM
Virus RNA di masukkan dalam keluarga retroviridae bila mempunyai enzim reverse transcriptase yang mampu menurunkan (+) RNA virion ke dalam DNA (provirus). Retrovirus mempunyai berbagai sifat khas yang lain yaitu DNA provirus dapat mangadakan integrasi dengan DNA tuan rumah tanpa mambunuh sel tuan rumah. Beberapa retrovirus membawa gen yang mampu secara langsung mengubah sifat sel tuan rumah menjadi neoplastik .
Berdasarkan tuan rumah yang diperlukan untuk mengadakan replikasi virus, maka retrovirus dibagi menjadi 3 kelompok yaitu ectopic virus yang berkembang biak dalam sel tuan rumah alami, xenotropic virus yang berkembang biak pada spesies yang bukan tuan rumah alami tanpa menimbulkan perubahan (non transforming) dan amphotropikc virus yang memiliki sifat-sifat xenotropic dan ectropic serta bersifat onkogenik.
Sifat-sifat asam nukleat retrovirus adalah diploid dengan positif single –stranded 70S RNA. Selubung virion terdiri dari 3 macam struktur protein yaitu protein struktur internal (p), glukoprotein selubung dan reverse transcriptase. Secara morfologi virion terbagi atas partikel A yang memiliki diding 2 lapis dengan pusat yang electronlucent (berwarna terang pada pengamatan dengan mikroskop electron), partikel B yang memiliki pusat (core) yang eksentrik, partikel C dengan pusat yang terletak central dan partikel d yang morfologinya antara bentuk partikel B dan C. Pusat retrovirus adalah ikosahedron sedangkan ukuran virus adalah 100 nm. Lokasi replikasi virus terjadi di inti, sedangkan pengumpulan virus dapat di jumpai pada sitoplasma dan selaput sitoplasma. (Soedarto.1998)
B. RETROVIRIDAE YANG PENTING
Humamn immunodeficiency virus (HIV)
Tipe I dari virus ini (HIV-I) adalah penyebab AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Virus ini termasuk golongan T lymphocytropic retrovirus, yang penularannya terjadi melalui hubungan kelamin, secara parental atau secara perinatal. AIDS terutama dijumpai di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika Tengah dan sekarang telah dilaporkan dari 74 negara di seluruh dunia. AIDS yang merupakan imunodefisiensi sekunder ini mempunyai ciri –ciri khas yaitu adanya disfungsi seluler yang berat, adanya infeksi oportunistik yang berat misalnya pneumocystis carinii pneumonia dan terdapatnya gangguan neurologic atau keganasan, misalnya Sarkoma Kaposi. Selain pneumocystis carinii pneumonia dan sarcoma Kaposi, penyakit-penyakit oportunistik yang sering menyertai AIDS adalah kandida oesophaginitis, kriptokokosis, herpes mukokutan kronik, kriptosporidiosis, toksoplasmosis dan infeksi cytomegalovirus. Pada manusia, HIV-I dapat terjadi tanpa gejala, dapat menimbulkan gejala-gejala ringan (AIDS-related complex), terjadi progresif generalized lymphadenopathy (PGL) atau terjadi AIDS yang fatal bagi penderita. (Soedarto.1998)
C. DIAGNOSIS LABORATORIUM
Untuk menentukan diagnosis AIDS, selain gejala-gejala klinik juga harus ditunjang dengan pemeriksaan ELISA untuk menunjukkan adanya antibody HIV. Gejala-gejala klinik yang digunakan untuk patokan terdapatnya AIDS adalah :
a. Turunnya berat badan lebih dari 10 %
b. Diare yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam yang berlangsung lebih dari 1 bulan
d. Asteni yang lebih dari bulan
e. Batuk yang belangsung lebih dari 1 bulan
f. Adanya kandidiasis mulut
g. Adanya erupsi popular yang disertai dengan gatal-gatal
h. Mengalami herpes zoster dalam waktu kurang dari 5 tahun terakhir
i. Terdapat poliadenopati
j. Terdapat ulkus genital pada masa 6 bulan terakhir
k. Ulkus genital berlangsung lebih dari 6 bulan
Diagnostik test
• ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay) tes ini mendeteksi antibodi yang di buat tubuh terhadap virus HIV
• Western Blot sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap HIV
• IFA (indirect fluorescent antibody)
• PCR Test adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan virus di dalam darah
D. PENCEGAHAN
Pada prinsipnya pencegahan AIDS adalah dengan cara menghindari penularan melalui darah, hubungan kelamin dan penularan perinatal. Oleh karena itu harus dilakukan antara lain penyaringan (screening) terhadap darah donor, menggunakan heattreated product untuk penderita hemofili, memberantas narkotika dan penggunaanya terutama melewati suntikan, penggunaan kondom dan menghindari kontak dengan tinja yang berdarah, alat-alat untuk sirkumsisi, alat-alat kedokteran gigi dan alat-alat suntik, bedah,tatto harus steril dan dokter, dokter gigi serta perawat dan petugas kesehatan lainnya harus selalu bersarung tangan bila kontak dengan penderita AIDS yang mengalami perdarahan. Virus HIV termasuk virus tidak mempunyai daya tahan tinggi, seingga ia mudah mati jika berada di luar tubuh manusia, cepat mati dengan pemanasan, dan mudah diberantas menggunakan desinfeksi biasa.
E. PENGOBATAN DAN PERAWATAN
Pada prinsipnya penyakit oportunistik harus diobati lebih dahulu baru kemudian dapat dicoba mengobati virus HIV-I. Obat anti virus HIV-I yang ada pada waktu ini sudah digunakan adalah azidotimidin (AZT, zidovudin) yang diberikan melalui mulut.
0 komentar:
Posting Komentar